Saat ini guru dianjurkan untuk membuat RPP dan silabus yang menggunakan
fase-fase eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Namun belum banyak yang
memahami, oleh karena itu posting berikut ini disajikan sedikit
pengertian tentang eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Eksplorasi
Eksplorasi
adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman
atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan
memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi
belajar aktif.
Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini
secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak
hanya berfokus pada apa yang dapat siswa temukan, namun sampai pada
bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer
untuk menggambarkan kegiatan ini ialah “explorative learning”. Konsep
ini mengingatkan kita pada pernyataan Lao Tsu, seorang filosof China
yang menyatakan “I hear and I forget. I see and I remember. I do and I
understand.”
Jaringan komputer pada saat ini telah dikembangkan
menjadi media yang efektif sebagai penunjang efektifitas pelaksanaan
pembelajaran eksploratif. Salah satu model yang dikembangkan oleh Heimo
adalah Architecture of Integrated Information System sebagai model
terintegrasi yang menggambarkan kompleksnya proses pembelajaran yang
efektif dan interaktif.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak
hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman,
dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi
ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan
siswa untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas
inisiatifnya. Dalam hal ini siswa menyusun dan memvalidasi informasi
sebagai input bagi kegiatan belajar (Heimo H. Adelsberger, 2000).
Peta
Konsep yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) dalam tulisan Heimo
menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran
yang mengharuskan adanya proses dialog yang (1) interaktif (2) adaptif,
interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan
pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan
meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memeperoleh
pengalaman yang bermakna. Ada pun konsep tersebut dapat disajikan
seperti diagram di bawah ini :
Pendekatan eksploratif berkembang
sebagai pendekatan pembelajaran dalam bidang lingkungan atau sains.
Sylvia Luretta dari Fakultas Pendidikan Queensland misalnya,
mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan
kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif,
belajar konstruktif, belajar intens, belajar otentik, dan kolaboratif
yang menegaskan pernyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih
menekankan pada pengalaman belajar daripada pada materi pelajaran.
Dari
pengalaman menggunakan model kooperatif dan kolaboratif dalam praktek
pembelajaran pengelolaan kelas ternyata mampu meningkatkan kinerja
belajar siswa dalam melakukan langkah-langkah eksploratif.
Model
pembelajaran ini dapat dikembangkan melalui bentuk pertanyaan. Seperti
yang dikatakan oleh Socrates bahwa pertanyaan yang baik dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan lebih
mendalam.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi
proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan
pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka
menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang
mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan
belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas
merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon
kreatif dalam berdialog.
Di samping itu siswa menindaklanjuti
penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah. Secara
kolektif, mereka juga dap`t mengembangkan hasil penelusuran informasi
dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang
dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui
kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya siswa
menelusuri informasi yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam
kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki
dalam kehidupan yang nyata dan bermakna.
Melalui kegiatan eksplorasi
siswa dapat mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan
ilmu pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada.
Siswa juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat
tertentu sebagai produk belajar.
Elaborasi
Kognitivisme
memiliki beberapa cabang ilmu, di antaranya teori asimilasi, atribusi,
pertunjukkan komponen, elaborasi, mental model, dan pengembangan
kognitif. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran
dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi
yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan
pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi
ide-ide yang terintegrasi. Pengertian ini dirumuskan Charles Reigeluth
dari Indiana University dan koleganya pada tahun 1970-an. Konsep ini
memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan elaborasi konsep,
elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi.
Pembelajaran dimulai
dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana mengajarkan
secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi
lebih detil. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan
spiral. Sejumlah konsep dan tahapan belajar harus dibagi dalam “episode
belajar”. Selanjutnya siswa memilih konsep, prinsip, atau versi
pekerjaan yang dielaborasi atau dipelajari.
Pendekatan elaborasi
berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma pembelajaran
yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan
baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran
Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan
pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para
pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator,
analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas
belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang
kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah siswa perlu
mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan
keterampilan yang berasimilasi.
Menurut Reigeluth (1999), teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini.
• Terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.
•
Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan
memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.
• Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.
• Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.
Teori
elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi yang utama, (1) urutan
elaborasi (2) urutan prasyarat belajar (3) ringkasan (4) sintesis (5)
analogi (6) strategi kognitif, dan (7) kontrol terhadap siswa. Komponen
terpenting yang melandasi semua itu adalah perhatian.
Semua stratregi
itu harus berlandaskan pada materi dalam bentuk konsep, prosedur, dan
prinsip. Hal itu terkait erat dengan proses elaborasi yang
berkelanjutan, melibatkan siswa dalam pengembangan ide atau keterampilan
dalam aplikasi praktis. Strategi ini memungkinkan siswa untuk
menambahkan sendiri ide dalam menguatkan pengetahuannya. Contoh yang
tepat untuk ini adalah peserta didik yang memiliki daftar contoh konsep
atau sifat yang dapat bermanfaat.
Konfirmasi
Kebenaran
ilmu pengetahuan itu relatif. Sesuatu yang saat ini dianggap benar bisa
berubah jika kemudian ditemukan fakta baru yang bertentangan dengan
konsep tersebut. Oleh karena itu, sikap keilmuan selalu terbuka dalam
memperbaiki pengetahuan sebelumnya berdasarkan penemuan terbaru. Sikap
berpikir kritis dan terbuka seperti itu telah membangun sikap berpikir
yang apriori, yaitu tidak meyakini sepenuhnya yang benar saat ini mutlak
benar atau yang salah mutlak salah. Semua dapat berubah.
Cara
berpikir seperti itu tercermin dalam istilah mental model yang
mendeskripsikan sikap berpikir seseorang dan bagaimana pikirannya
berproses dalam kehidupan nyata. Hal tersebut merepresentasikan proses
perubahan sebagai bagian dari persepsi intuitif. Mental model itu
membantu seseorang dalam mendefinisikan maupun menetapkan pendekatan
untuk memecahkan masalah (wikipedia). Dengan sikap berpikir seperti itu
siswa dapat mengembangkan, mengembangkan ulang, dan menggugurkan
pengetahuannya jika telah menemukan kebenaran yang lain.
Mental
model itu juga dapat melahirkan keraguan terhadap informasi yang
diperolehnya. Untuk meningkatkan keyakinan akan kebenaran maka siswa
dapat difasilitasi dalam mengembangkan model struktur sseperti pada
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi atau klarifikasi.
Model ini
dapat dinyatakan dalam diagram seperti tertuang di bawah ini meliputi
enggage, explore, explain, extend, dan berpusat pada pengembangan
kemampuan mengevaluasi sebagaimana yang dikembangkan Anthony W. Lorsbach
dari Universitas Illinois sebagai berikut
Saya perlu mengetahui lebih banyak mengenai……..
Saya ragu mengenai ….
Saya tidak yakin bahwa …..
Saya perlu memahami lebih dan menerapkan …….
Dalam
prakteknya guru meningkatkan kemampuan ini melalui pengembangan materi.
Baik mengenai hal apa yang ingin diketahui siswa lebih jauh, seperti
apa tingkat pemahaman dan penguasaan yang ingin dikembangkan dan
keraguan apa yang melekat dalam pemahaman tersebut.
Sikap keraguan
itu perlu dijawab dengan mengkonfirmasikan terhadap unsur-unsur yang
dapat meningkatkan kejelasan atas kebenaran suatu informasi. Siswa
melakukan uji kesahihan apakah informasi yang dijadikan landasan
kesimpulan itu benar-benar kuat.
Penguatan itu sendiri diperoleh
melalui kegiatan eksplorasi melalui perluasan pengalaman, elaborasi
melalui sharing dan observation, proses dan genaralisasi dan akhirnya
siswa menerapkan pembelajaran yang berstandar dengan merujuk pada
paradigma kognitifisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar